BAHASA INDONESIA
MEMBUAT PUISI
(ANTOLOGI)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
AMBAR
ANISA MULYA
VIII
B
SMP NEGERI 6 KOTABUMI
DAFTAR ISI :
1.
Petani yang tak pernah lelah..........................
2. Alam yang indah............................................
3. Dunia tempatku..............................................
4. Mentari...........................................................
5. kasih sayang ibu.............................................
6. kerja keras ayah..............................................
7. guruku............................................................
8. pahlawanku....................................................
9. bunga..............................................................
10.
sahabatku yang terbaik............................
11.
plagiator...................................................
12.
padamu jua...............................................
13.
hijau dalam mimpi...................................
14.
pagi di bumi telong..................................
15.
kepada koruptor.......................................
16.
tanah kelahiran........................................
17.
bingkai kehidupan...................................
18.
benteng....................................................
19.
perempuan-perempuan perkasa..............
20.
alam desaku.............................................
21.
kerendahan hati........................................
PETANI YANG TAK
PERNAH LELAH
(Karya:
Ambar Anisa M.)
Wahai petani...
Apakah engkau tak
lelah?
Engkau bekerja
setiap hari
Demi menafkahi
keluargamu
Berangkat di pagi
buta
Dan pulang disore
hari menjelang malam
Kau tak peduli
dengan dirimu sendiri
Kau hanya peduli
dengan kerja kerasmu
Jasamu tidak
hanya berguna bagi keluargamu
Tetapi juga
berguna bagi orang lain
Petani oh
petani...
Kami
berterimakasih padamu
Karna engkau kami bisa hidup
ALAM
YANG INDAH
(Karya:
Ambar Anisa M.)
Alam...
Keindahanmu
membuatku teresona
Hijau daunmu
sangatlah memikat hatiku
Anginmu membuat
hatiku sejuk
Alam oh alam
Lautmu berkilauan seperti permata
Jika terkena
sinarnya matahari
Gunungmu
sangatlah tinggi
Alam...
Dunia ini sunyi
tanamu alam
Alam oh alam
Kau warisan dunia
yang sangat indah
DUNIA TEMPATKU
(Karya: Ambar
Anisa M.)
Dunia...
Kau adalah tempatku untuk hidup
Tempatku mencari makan
Temppatku mencari amal
Dan tempat terakhirku, yaitu mati
Dunia oh dunia
Kau memiliki segalanya
Alam yang indah
Pantai yang berombak dan
Makhluk hidup yang menematinya
Tanpa kau dunia
Mungkin tak akan ada kehidupan
Tak akan ada alam
Dan tak akan ada kehidupan
Dunia . . .
Kau
tempatku hidup dan mati
MENTARI
(Karya:
Ambar Anisa M.)
Mentari...
Kau terbit dari
timur
Lalu kau akan
menyinari dunia ini
Tanpa kau mungkin
dunia ini akan gelap
Ketika
kau mulai tenggelam di barat
Maka,dunia
ini akan gelap
Aku
menginginkan malam hari
Berakhir
dengan cepat
Lalu,
diganti dengan siang hari yang cerah
Mentari oh
mentari
Kau cahaya yang
sangat cerah
Bagi dunia ini
KASIH
SAYANG IBU
(Karya:
Ambar Anisa M.)
Ibu . . .
Kasih sayang mu
pada anakmu
Seperti samudra,
langit, daratan,
bahkan bumi
keseluruhan
yang tak bisa
terhitung
Ibu . . .
Aku berhutang padamU
Mekipun tak ku bayareng
Engkau tak menagih
Sedikitpun
Engkau
telahmemberiku nilai
Yang tak mungkin
ku bayar
Entah dengan cara
apa
Aku harus
membayarnya
Mungkin, aku
hanya bisa
Membayarnya
dengan cara mengabdi
KERJA
KERAS AYAH
(Karya:
Ambar Anisa M.)
Bila kulihat ayah
Ia tekun bekerja
Dengan tangan
kotor penuh debu
Letih tersurat di
wajahnya
Keringat yang
mengucur pada tubuhnya
Ayah
. . .
Aku
ingin membanting tulang
Dan
engkau cukup beritirahat
Tapi,
apa daya
Aku
belum mampu untuk melakanakannya
Ayah . . .
Walaupun aku
belum
Mampu membantumu
Tapi, doaku
menyertaimu
GURUKU
(Karya:
Ambar Anisa M.)
Guru . . .
Kau bagaikan
cahaya
Yang sangat cerah
Kau adalah
penerang bagi hidupku,
Bangsaku, dan
cita-citaku
Guru
. . .
Kau
tak pernah berhenti
Mengajariku
membaca,
Mengeja,
menulis,
Sampai
aku mengerti
Engkau akan
selalu terkenang di hatiku
Dan
bayang-bayangmu selalu
Menghantui
hidupku
Oh . . . guru
Kau bagaikan
surga bagi cita-citaku
PAHLAWANKU
(Karya:
Ambar Ania M.)
Wahai pahlawan
Jasamu sangat
besar bagi bangsa ini
demi
mempertahankan negri ini
dari orang-orang
asing
Pahlawan . . .
Engkau tak gentar maju bertempur
Hingga luka sekujur tubur
Sampai darah keluar dari tubuhmu
Mari kita hormati
para pahlawan
Yang sekarang
telah pergi
Demi
memperjuangkan nasib kita
Oh . . . pahlawan
Engkau adalah
manusia yang sangat berjasa
BUNGA
(Karya:
Ambar Anisa M.)
Bunga . . .
Baumu wangi
sekali
Seperti wangi
parfum
Dari negri surga
Bunga
. . .
warnamu
banyak sekali
Seperti
warna pelangi
Di
kala hujan t`urun
Di
Siang hari
Bunga . . .
Kau tumbuhan yang
paling sempurna
Bagi alam ini
Setiap orang
ketika melihatmu
Pasti mereka akan
terpesona
Bunga . . .
Aku ingin
memilikimu
SAHABATKU
YANG TERBAIK
(Karya:
Ambar Anisa M.)
Sahabat . . .
Kaulah teman
terbaiku
Kau selalu ada
disampingku
Disaat suka
maupun duka
Kau selalu etia
denganku
Sahabat . . .
Ketika ku sedih
Kau selalu menghiburku
Ketika ku gembira
Kau juga gembira
Oh . . . sahabat
Mungkin, apa yang
kuberikan
Bagimu tak
bernilai
Tapi,
kemanusiaanku menyurku
BAHASA INDONESIA
PUISI
P
L
A
G
I
A
T
O
R
Oleh: Ambar Anisa Mulya
PADAMU
JUA
(Karya:
Amir Hamzah)
Habis kikis
Segala cintaku
hilang terbang
Pulang kembali
aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah
kandil kemerlap
Pelita
jendela di malam gelap
Melambai
pulang perlahan
Sabar setia
selalu
Satu
kekasihku
Aku manusia
Rindu sara
Rindu rupa
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya
kata merangkai hati
Engkau
cemburu
Engkau
ganas
Mangsa
aku dalam cakarmu
Bertukar
tangkap dengan lepas
Nanas aku, gila
sasar
Sayang berulang
padamu jua
Engkau pelik
menarik angin
Berupa darah
dibalik tirai
Kasihmu
sunyi
Menunggu
seorang diri
Lalu
waktu-bukan giliranku
Matahari-bukan
kawanku
HIJAU
DALAM MIMPI
(Karya:
S.S Saputra)
Ketika dulu aku
kecil
Hijau alam masih
membentang luas
Ketika dulu aku
kecil
Kicau burung
masih bernyanyi bebas
Kini. . .
Alam kian tak
ramah dan meranggas
Ataukah manusia
yang kian tak puas?
Hijau itu kini
kian memudardalam mimpi
Kicau ini kini
menghilang dalam sepi
Tertegun aku,
diam, dan membisu
Inikah warisan
untuk sang Cucu?
PAGI DI BUMI
TELONG
(Karya: L.K. Ara)
Pada mulanya
seberkas sinar
Menghinggapkan
gelap di Bumi Telong
Lalu gelap dan
kabut menyingkir
Pagi menyanyikan
kehidupan baru
Pucuk dan rumput
mengombak hijau
Hijau harapan di
jantung hidup
Di Bumi Telong
dini pagi
Ada kelahiran di
diri
Jalan pagi dan
cerah
Lewatkan siapa
suka
Hati-hati
menjejakkan kaki, juwita
Desahkan napas
dara mulia
Pagi begitu bayi
masih
Begitu mungil begitu
kudus
Jangan nodai
kebeningan asli
Dengan cereceh
pangkal dan harta
KEPADA KORUPTOR
(Karya: Abdurahman Faiz)
Gantilah makanan
bapak
Dengan nasi
putih, sayur, dan daging
Jangan makan uang
kami
Lihatlah air mata
pada bocah
Yang menderas di setiap
lampu merah
Jalan-jalan
Jakarta
Dengan jeritan
lapar mereka
Di pengungsian
Yang ingin
sekolah
Telah Bapak saksikan
Orang-orang
miskin memenuhi
Seluruh negri
Tidakkah menggetarkan Bapak?
Tolong, Pak
Gantilah makanan
bapak
Seperti manusia
Jangan makan uang
kami
TANAH
KELAHIRAN
(Karya:
Ramadhan, K.H.)
Berbelit membiru
jalan
Ke Gede dan
Pangrao
Lewat musim
penghujan
Gadis-gadis
menyongsong pagi
Di pucuk-pucuk
teh yang mengeliat,
Di katil orang
lainmenanti.
Berbelit membiru
jalan
Ke Gede dan
Pangrao
Lewat angin dari selatan
Ujang- ujang
menyongsong hari
Memikul kentang
ubi galian,
Dengan belati
orang lain menanti.
Berbelit membiru
jalan
Ke Gede dan
Pangrao,
Juga dinanti
ditikam orang.
BINGKAI
KEHIDUPAN
(Karya:
Diana Wijayanti)
Ada peristiwa
indah
Ada peristiwa
pahit
Keduanya sama
dengan suratan takdir
Ada kebahagiaan
Ada kepedihan
Keduanya sama dengan suratan takdir
Bingkai kehidupan
Kadang kejam
Kadang
lambat
Keduanya sama dalam suratan takdir
bingkai kehidupan
Terselimut dalam uratan takdir
BENTENG
(Karya:
Taufik Ismail)
Sesudah panas
siang yang meletihkan
Sehabis
tembak-tambakanyang tak bisa kita balas
Dan kita kembali
ke kampus ini berlindung
Di
lantai bungkus nasi bertebaran
Dari
para dermawan tidak dikenal
Kulit
buku dan pecahan kulit rambutan
Lewatlah
di samping Kontingen Bandung
Ada
yang berjaket Bogor mereka dari mana-mana
Semuanya
kumal, semuanya tak bicara
Tapi
kita tidak akan terpatahkan
Oleh
seribu senjata dari seribu tiran
Tak sempat lagi
kita pikirkan
Kuperlukan-kupelukan
kecil seharian
Studi, kamar
tumpangan dan percintaan
Kita tak tahu apa
yangakan terjadi sebentar malam
Kita
mesti siap saban waktu, siap saban jam
PEREMPUAN-PEREMPUAN
PERKASA
(Karya:
Hartoyo Andangjaya)
Perempuan-perempuan
yang membawa bakul di pagi buta
Dari manakah
mereka
Ke stasiun kereta
mereka datangdari bukit-bukit desa
Sebelum peluit
kereta api terjaga
Sebelum hari
bermula dalam kerja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul
dalam kereta
Ke manakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka
berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju
kegerbang kota
Merebut hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan
yang membawa bakul di pagi buta
Siapakah mereka
Mereka ialah
ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
Akar-akar yang
melata dari tanah perbukitanturun ke kota
Mereka: cinta
kasih yang bergerak
ALAM
DESAKU
(Karya:
Sastrawijaya)
Kulihat sawah
membentang
Warna hijau bagai
permata alam
Kucoba telusuri
jalan
Akankah tetap
begitu
Kuingin tetap begini
Terlihat apa adanya
Kuingin tetap begitu
Terlihat kenyataannya
Mentari mulai
tenggelam
Dan . . . aku pun
tetap disini
Menikmati alam
yang ada
Anugerah dari
yang kuasa
Oh
. . . alam desaku
.
. . aman dan damai
Oh
. . . alam desaku
KERENDAHAN
HATI
(Karya:
taufik Ismail)
Kalau engkau tak
mampu menjadi beringin
Yang tegak di
puncak bukit
Jadilah belukar,
tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di
tepi danau
Kalau kamu tak sanggupmenjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput
yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak
mampumenjadi jalan raya
Jadilah saja
jalan kecil,
Tetapi jalan
setapak yang
Membawa orang ke
mata air
Tidakkah semua menjadi kapten
Tentu
harus ada awak kapalnya. . .
Bukan
besar kecilnya tugas yang menjadikan
Tinggi
rendahnya nilai darimu
Jadilah
saja dirimu. . .
Sebaik-baiknya
dari dirimu sendiri