2.1Pengertian kalimat majemuk
kalimat
majemuk adalah kalimat-kalimat yang
mengandung dua pola kalimat atau lebih. Batasan ini diturunkan sebagai hasil
dari tinjauan secara statis, melihat apa yang dihadapi sekarang atau melihat
hasil yang sudah jadi. Tetapi dapat pula melihat dari segi yang lebih dinamis
yaitu dari sejarah terbentukanya kalimat tersebut.
Selain
itu dapat pula melihat bahwa dua pola kalimat yang terkandung dalam sebuah
kalimat majemuk itu terjadi karena menggabungkan dua macam pola kalimat atau
lebih menjadi satu kalimat, atau dapat terjadi bahwa menghadapi satu pola
kalimat, tetapi dengan mempergunakan tehnik perluasan, akhirnya mendapatdua
pola kalimat atau lebih dalam kaliamat perluasan tadi.
Dengan
bertolak dari uraian di atas dapat menurunkan batasan-batasan yang lain untuk
kalimat majemuk sebagai berikut:
1. Kalimat
majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagian diperluas sedemikian rupa,
sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di
samping pola yang sudah ada.
Contoh:
Anak
itu menendang bola
Anak
yang kau sebut kemarin itu, menendang bola.
2. Kalimat
majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih , sehingga
kaliamt yang baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
Ayah
menulis surat
Adik
berdiri di sampingnya
Ayah
menulis surat, sambil adik berdiri di sampingnya
Kedua
macam batasan terakhir ini hanya melihat sejarah pembentukanya. Dalam
kenyataanya dapat langsung menghadapi suatu kalimat yang mendukung suatu
rangkaian tanggapan, tanpa memikirkan proses terjadinya. Proses pembentukanya
boleh dipergunakan sebagai penjelasan analisa tentang bagaimana terbentuknya
kaliamt majemuk, tetapi bukan mencakup seluruh sifat kalimat-kalimat itu.
2.2 Macam-macam kalimat
majemuk
Dalam
menghadapi klasifikasi kalimat-kalimat majemuk, dasar yang digunakan adalah
melihat hubungan antara pola-pola kalimat yang membina kalimat majemuk
tersebut. Bila kalimat majemuk itu terjadi karena salah satu bagiannya
mengalami perluasan, sudah jelas bahwa pola kalimat yang baru di bentuk akibat
perluasan tadi akan lebih rendah kedudukanya daripada pola kalimat yang
pertama. Tetapi kalimat majemuk yang terjadi karena penggabungan dua atau lebih
kalimat tunggal, maka sifat hubunganya atau sederajat, atau satu di tempatkan
di bawah yang lain.
Sebab
itu sifat hubungan pola-pola kalimat dalam sebuah kalimat majemuk dapat
bersifat:
a.
Sederajat (koordinatif), maksudnya ialah kedudukan pola-pola kalimat sama
tinggi, tidak ada pola-pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang
lain.
b.
Bertingkat (subordinatif) maksudnya ialah hubungan antara pola-pola kalimat
tidak sederajat, karena ada pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola
yang lain.
c.
Campuran, maksudnya ialah hubungan antara pola-pola kalimat itu dapat sederajat
dan bertingkat. Hubungan ini terjadi kalau dalam kalimat majemuk itu terdapat
paling kurang 3 pola kalimat, sehingga misalnya terdapat dua pola kalimat yang
sederajat, yang lain bertingkat; atau dengan kata-kata lain ada dua pola
kalimat yang menduduki tingkat yang lebih tinggi sedangkan yang lainnya
menduduki tingkat yang lebih rendah, atau sebaliknya.
Berdasarkan
sifat hubungan tadi, kalimat majemuk dapat dibagi menjadi.
a. Kalimat
Majemuk Setara
Bila
hubungan antara kedua pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat
majemuk yang setara. Hubungan setara itu dapat diperinci lagi atas:
1. Setara
menggabungkan: penggabungan itu dapat terjadi dengan merangkaikan dua kalimat
tunggal dengan diantarai kesenyapan antara atau dirangkaikan dengan kata-kata
tugas seperti : dan, lagi, sesudah itu, karena itu.
Contoh
:
-
Saya menangkap ayam itu, dan ibu
memotongnya
-
Ayah telah memanjat pohon mangga itu,
sesudah itu dipetiknya beberapa buah.
2. Setara
memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah: atau
Contoh:
- Engkau
tinggal saja disini, atau engkau ikut dengan membawa barang itu.
3. Setara mempertentangkan: kata-kata
tugas dipakai dalam hubungan ini adalah: tetapi, melainkan, hanya.
Contoh:
-
Adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas
-
Ia tidak menjaga adiknya, melainkan
membiarkannya saja.
b. Kalimat
Majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat.
Salah satu pola atau lebih menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain.
Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian
yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Sesuai
dengan fungsinya itu anak-anak kalimat dapat dibagi atas:
1)
Anak Kalimat Keterangan Waktu
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika,
waktu, kala, tatkala, saat, sebelum, sesudah, dan setelah.
Contoh:
- Seorang pengunjung, ketika
melihat seorang anak kesakitan, sempat terisak.
2)
Anak Kalimat Keterangan Sebab
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara
lain, sebab, karena, dan lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak kalimat
dalam kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
-
Karena
jatuh dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.
3)
Anak Kalimat Keterangan Akibat
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi
yang digunakan adalah hingga, sehingga, maka, akibatnya, dan akhirnya. Anak
kalimat keterangan akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang
induk kalimat.
Contoh:
-
Hujan turun berhari-hari sehingga
banjir besar melanda kota itu.
4)
Anak Kalimat Keterangan Syarat
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Konjungsi
itu, antara lain, jika, kalau, apabila, andaikata, dan andaikan.
Contoh:
-
Jika
ingin berhasil dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.
5)
Anak Kalimat Keterangan Tujuan
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi
yang digunakan adalah supaya, agar, untuk, guna, dan demi.
Contoh:
-
Ana belajar dengan tekun agar lulus ujian akhir semester.
6)
Anak Kalimat Keterangan Cara
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi tersebut
adalah dengan dan dalam.
Contoh:
- Pemerintah berupaya meningkatkan
ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak yang terus menurun.
7)
Anak Kalimat Keterangan Pewatas
Anak
kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek,
predikat, maupun objek. Konjungsi yang digunakan adalah yang atau kata penunjuk
itu. Anak kalimat ini berfungsi sebagai pewatas nomina.
Contoh:
-
Anak yang
berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.
8)
Anak Kalimat Pengganti Nomina
Anak
kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek
atau objek dalam kalimat transitif.
Contoh:
-
Ana mengatakan bahwa jeruk itu asam.
c. Kalimat
Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk campuran dapat terdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya
dua pola bawahan atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih
pola bawahan.
a. Satu
pola atasan dan dua pola bawahan
Contoh:
-
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para
artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para pembesar di kota itu.
b.
Dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Contoh:
-
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan
meminta agar kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama,
yang dapat merugikan nama baik keluarga dan kedudukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar