Selasa, 25 September 2018

PENGERTIAN DRAMA


PENGERTIAN DRAMA

Kata drama bersal dari bahasa Yunani draomei yang sama dengan  to ackt dalam bahasa inggris yang artinya bergerak atau berbuat. Istilah lain untuk drama adalah sandiwara, tonil atau lakon (John dan Shadily,  1985: 197). Sandiwara berasal dari kata sandi yang artinya tersamar, tidak jelas, dan kata wara artinya berita. Jadi sandiwara artinya berita yang tersamar. Nonton sandiwara berarti menyaksikan pertunjukan yang mengandung pelajaran yang disampaikan secara tersamar.
Istilah tonil berasal dari bahasa belanda toneel yang artinya pertunjukan. Istilah lakon berasal dari bahasa jawa, artinya cerita yang dipergelarkan atau dipentaskan. Dalam hal ini Tarigan (1991:72) mengemukakan, bahwa drama adalah : (1) suatu lakon yang dipentaskan di atas panggung, (2) seni yang menggarap lakon-lakon mulai dari penulisannya sampai pada pementasannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa drama adalah jenis karya sastra yang melukiskan kehidupan dan watak manusia lewat gerak dan dialog di atas pentas.

Terkait dengan kesimpulan tersebut, suparmi (1987:123) mengemukakan, bahwa unsur-unsur drama meliputi: naskah drama (text play) pemain (aktor dan aktris), tempat pertunjukan (setting), penonton (audiens). Sebuah pertunjukan drama akan terwujud bila didukung oleh unsur-unsur tersebut. Sebuah naskah drama terdiri dari beberapa unsur seperti halnya cerpen, novel, atau roman. Unsur-unsur naskah drama meliputi : tema, plot, dialog, karakterisasi atau perwatakan.
Untuk menempilkan sebuah drama biasanya dilakukan melalui empat tahap, yaitu:
1.       Tahap menciptakan
Pada tahap ini pengarang menghayalkan kisah manusia yang akan didramakan sehingga lahirlah sebuah ideatau masalah.
2.       Tahap menuliskan
Ide yang telah tercetus itu kemudian dituangkan dalam bentuk karangan drama, sehingga menjadi sebuah kisah, naskah drama, atau lakon.
3.       Tahap memainkan
Naskah yang telah tersusun, kemudian oleh para aktor dan aktris dimainkan agar lebih nyata dan hidup.
4.        Tahap menyaksikan
Pada waktu drama dipertujukan  pada audiens atau penonton menyaksikan drama yang dipentaskan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah drama, agar drama yang kita susun dapat dikategorikan drama yang baik. Masalah-masalah tersebut meliputi:
1.       Sumber penulisan 
Di halaman terdahulu telah diuraikan, bahwa drama adalah jenis karya sastra yang melukiskan kehidupan dan watak manusia lewat gerak dan dialog di atas pentas.
2.       Plot
Ide yang telah tercetus perlu dijabarkan sehingga menjadi sebuah kisah dengan rentetan-rentetan peristiwa. Dalam menyusun garis lakon (plot) drama harus mengandung konflik yaitu ketegangan. Drama selalu mengambarkan konflik-konflik atau pertentangan-pertentangan. Dalam menulis sebuah drama, sebuah lakon harus mengisahkan dua pihak yang saling beroposisi.


Selain itu (Suparmi, 1987:124) mengemukakan, bahwa dalam menulis drama perlu memperhatikan susunan plot sebagai berikut:
a.       Eksposisi : plot dimulai dengan suatu insiden yang mengawali adanya konflik.
b.      Komplikasi : dari insiden permulaan, terjadilah penanjakan lakon sehingga berkembang menjadi konflik. Keteganganpun mencapai klimak.
c.       Resolusi : lama kelamaan konflik mulai mengendur, karena telah didapat jalan keluar. Konflik menuju penyelesaian dan akhirnya konflik terselesaikan.
3.       Karakterisasi
Untuk mengembangkan konflik, penulis drama harus menggunakan karakter-karakter. Pihak yang menjadi protagonis, antagonis, maupun pihak trigonis memiliki karakter yang berbeda.

4.       Dialog
Lewat dialog pengarang menggambarkan watak-watak pelaku dalam lakon yang digarapnya. Karena dalam drama waktunya sangat terbatas, maka dialog yang efektif, hemat kata-kata tetapi kaya akan imajinasi, itulah yang paling ideal.

Contoh naskah drama
Untuk melengkapi pembicaran tentang drama, berikut ini penulis memberikan contoh sebuah adegan dalam naskah drama karya B.Soelarto.

DOMBA-DOMBA REVOLUSI
Wajah sebuah kota kecil bernama kota tengah, sudah mati. Tentara dan kesatuan-kesatuan laskar sudah menarik diri jauh ke perbatasan. Kota kecil itu sudah menjadi kota terbuka. Tinggal menanti saat-saat diambil alih tentara musuh. Tetapi disebuah brumah tembok di salah satu sudut jalan, tampak ada gerak hidup yang dramatis. Di dalamnya masih ada lima orang. Seorang perempuan dan empat orang laki-laki. Keempat laki-laki itu adalah para tamu. Yang perempuan adalah pemilik losmen. Dia berparas lumayan, manis dengan potongan tubuh yang laras. Berumur dua puluh lima tahun. Tidak bersuami. Laki-laki yang pertama, seorang seniman. Dia seorang penyair yang belum terkenal. Serang pengembala lontang-lantung. Berumur dua puluh empat tahun.

Lelaki yang kedua seorang petualang. Resminya dia mempunyai  mata pencaharian sebagai pengusaha obat, yang mengaku dirinya dengan sebutan “profesor tabib” berumur tiga puluh enam tahun.

Lelaki yang keempat, seorang pedagang. Dia mempunyai tiga orang istri berumur empat puluh dua tahun. Dalam keadaan yang gawat tegang itu hanya sipenyair yang berani keluar untuk memperoleh kabar berita. Dan disuatu pagi, sekitar jam delapan tiga puluh menit, si penyair sudah tiba kembali di losmen setelah keluar untuk mencari berita tentang keadaan di luar sejak pagi-pagi.
Dia mengambil duduk seenaknya di ruang tamu losmen yang terletak di bagian depan. Tatkala sedang enak menikmati rokoknya, muncul si pemilik losmen dari pintu ruang dalam. Dia membawa secangkir air minum. Perempuan itu melempar senyum, yang dibalas oleh si penyair dengan senyum sejuk serta anggukan kepala sambil menerima hidangannya.

Perempuan: sudah ku duga. Bung tentu pulang dengan selamat seperti kemarin pagi. Kalau bung keluar, aku selalu cemas-cemas harap. Siapa tahu bung ditimpa malang. Maklumlah dalam keadaan begini ada peluru yang sering jatuh salah alamat.
Penyair: itulah yang menjadi aku kagum.
Perempuan: bahwa bung selalu selamat selama ini ?
Penyair: bukan, bukan itu. Sebab terus terang saja, aku sendiri sebenarnyantidak begitu peduli tentang keselamatanku.
Perempuan : aneh.
Penyair: kedengarannya memang aneh.akan tetapi, begitulah.
Perempuan: lalu apa yang bung kagumi ?
Penyair: pernyataan saudari tadi.
Perempuan: aku tidak mengerti, coba jelaskan.
Penyair : maksudku pernyataan saudari itu...
Perempuan : ya, mengapa ?
Penyair : hikmahnya terasa begitu puitis.
Perempuan : apa itu pi-i-tis ?
Penyair membuang puntung rokok lalu minum wedang beberapa teguk. Kemudian pandangannya terarah pada si pemilik losmen,dengan sorot matapenuh arti, ditandai dengan senyumannya.
Penyair : hem, bagaimana caraku untuk menjelaskan.
Perempuan : apa bung tidak dapat bung menjelaskan dengan cara-cara yang sederhana saja ?
Penyair : begini maksudku, pernyataanmu tadi mengandung unsur-unsur kasih sayang yang begitu murni.
Permpuan : oo begittu ?
Penyair : ya, begitu. Dan baru pertama kali ini aku merasa, bahwa ada seseorang yang menaruh perhatian terhadap keselamatan diriku. Dan yang memperhatikan, adalah seorang wanita.
Perempuan : ah bung ini bicara yang bukan-bukan saja.
Penyair : tapi bagiku tidak. Pernyataanku barusan tadi adalah kata hati yang tulus. Bukan omong iseng.
Perempuan : ya, ya bung tentu biasa bicara demikian. Kan bung sekarangsedang jauh dari anak istri. Jadi wajar kalau bung diijangkiti oleh rasa kesepian. Bukan maksudku merendahkan martabat lelaki, tetapi naluri lelakibegitulah pada umumnya.
Penyair hanya senyum, terus tertawa kecil.
Penyair : ketahuilah, jangankan beristri, pacaran pun aku belum. Namun aku memahami kalau saudari akan sulit mempercayai oomonganku tadi. Sebab sudah menjadi naluri wanita, selalu penuh prasangka.
Perempuan : bukankah itu naluri yang baik. Tapi baiklah, omongan bung tadi kuanggap saja benar. Dan bagaimana keadaan di luar sana bung ?
Penyair : ha, pintar saja mengelak bicara, ya. Jika keadaan di luar sana menarik perhatianmu, baiklah. Keadaan di luar tambah gawat. Kota ini praktis dikosongkan sama sekali. Beberapa regu tentara dan laskar yang kemarin masih berjaga dibeberapa tikungan jalan raya, kini sudah lenyap.
(dikutip dari domba-domba revolusi, karya B. Soelarto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar