PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi
manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan
dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan
makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari
tentang makna.
Lalu apakah pengertian dari makna, aspek apa saja di
dalamnya dan seperti apakah keterkaitan aspek-aspek makna tersebut dengan
jenis-jenis dari makna yang dipelajari dalam semantik ? Pada bagian selanjutnya
dari makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian makna,
aspek-aspek makna dan keterkaitannya dengan beberapa jenis makna yang
dipelajari dalam semantik.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan
selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri
sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna
merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu
menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,
2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan
pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286)
mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki
atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi
:
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi
atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak
sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang
ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti
Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa
makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas
unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal
tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan
antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa
sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan
bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap
pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam
memaknai sebuah ujaran atau kata.
B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada
empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat
dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan
pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons
(dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem
hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan
dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai
rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan
perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi,
setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata
mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara
terhadap kawan bicara ( dalamMansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan
pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara
pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata
yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:
95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang
dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif,
narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh
terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan
dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan
jenis-jenis makna dalam semantik.
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101)
adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara
mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan
dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu
tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata
kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau
poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau
pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi
orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya
akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna
dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal
ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia
cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul
sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan
nilai.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna
konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang
bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul
sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau
didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga
dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi
idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga
yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang
dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat
menumbuhkan makna negatif.
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh
acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar
bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis
komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang
memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang
dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125)
adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat
dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa
benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk
oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg
langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun
proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan
sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata
atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur
bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek
konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda,
2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca
terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia
dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna
kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau
pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan
dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul
rasa mual karenanya.
PENUTUP
A. Simpulan
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis
dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya.
makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati
bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang
pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki
kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau
kata.
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada
empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
2. Nilai rasa (feeling)
3. Nada (tone)
4. Maksud (intention)
Keempat aspek makna di atas memiliki keterkaitan dengan
jenis makna yang ada dalam semantik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Abdul Wahab. 1995. Teori Semantik. Surabaya:
Airlangga University Press.
Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru.
Fathimah Djajasudarma. 1999. Semantik 2: Pemahaman
Makna. Bandung: Refika Aditama.
Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta:
Rineka Cipta.
MAKALAH ASPEK MAKNA DALAM SEMANTIK
MAKALAH
ASPEK MAKNA DALAM SEMANTIK
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2010
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih karena hanya dengan kodrat dan iradat-Nyalah kami mendapatkan kekuatan untuk bersama sehingga berhasil menyusun makalah yang berjudul “Aspek Makana dalam Semantik”.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas banyuan yang kami peroleh selama menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih tersebut kami tujukan kepada dosen pengampu yaitu Dr. Sulistiyo, M.Pd dan Mukhlis, S.Pd; M.Pd serta teman-teman semua.
Semoga makalh ini bermanfaat bagi mereka yang ingin menggunakan. Menurut kami, dalam makalah ini masih ada kesalahan serta kekeliruan yang disengaja dibuat. Untuk itu, kami berharap adanya koreksi, kritik dan saran.
Semarang, 22 Maret 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makna merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari semantik. Selain itu persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pakai yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman makan baik dari segi pengertian maupun aspek-aspeknya sehingga kita dapat mempelajari semantik secara utuh.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Apa pengertian makna ?
2. Apa saja aspek-aspek makna dalam semantik ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahu dan memahami pengertian makna.
2. Untuk mengetahui dan memahami aspek-aspek makna dalam semantik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Pengertian dari makna sendiri sangat membingungkan, ada yang mengatakan bahwa makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantic dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan.
Pengertian makna dari para ahli, diantaranya:
1. Mansoer pateda mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan dan selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
2. Ullman mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dan pengertian.
3. Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sbagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistic.
4. Bloomfield mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas “unsur” penting situasi dimana penutur mengujarkannya.
5. Aminnudin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti.
Dalam kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi:
1. Maksud pembicara.
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia.
3. Hubungan dalam arti kesepakatan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukanya.
4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik ada 4 (empat) hal yaitu:
1. Pengertian
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang diapakai atau disepakati bersama. Lyons mengatakan bahwa pengertian adalah system hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain diadalam kosa kata. Sedangkan Ulman mengatakan bahwa pengertian adalah informasi lambang yang disampaikan kepada pendengar.
Contoh:
a. Celana ini pendek.
b. Celana ini tidak panjang.
Kalimat (a) dan (b) memiliki satu pengertian, meskipun kata “pendek” diganti dengan ukuran kata “tidak panjang”.
2. Nilai Rasa
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
Contoh:
“Saya akan pergi” (menunjuk pada dorongan).v
“Engkau malas” (menunjuk pada penilaian).v
Kata-kata: Saya, pergi, malas; mempunyai nilai rasa.
3. Nada
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan pembicara. Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
Contoh:
“Pulang !” (kata ini menunjukan bahwa pembicara jengkel atau dalam suasana tidak ramah).v
“Pulang ?” (kata ini menunjukan bahwa pembicara menyindir).v
4. Maksud
Aspek maksud menurut Shipley merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan.
Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperative, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Contoh:
Orang berkata “Hai akan hujan”. Pembicara bermaksud:
a. Cepat-cepat pergi.
b. Bawa payung.
c. Tunda dulu keberangkatan.
Dan masih ada lagi kemungkinan yang tersirat.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat atau menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
2. Aspek-aspek makna dalam semantic meliputi: pengertian (sense), nilai rasa (feeling), nada (tone), maksud (intention).
B. SARAN
Dalam mempelajari semantik khususnya aspek makna yang rumit tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga ketelitian dan kekritisan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarata:Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta:Rineka Cipta.
Setyawan, Adi Susilo. 2009. Aspek Makna dalam Semantik dan Keterkaitanya dengan Jenis-jenis Makna. http//:www.google.com.
ASPEK MAKNA DALAM SEMANTIK
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2010
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih karena hanya dengan kodrat dan iradat-Nyalah kami mendapatkan kekuatan untuk bersama sehingga berhasil menyusun makalah yang berjudul “Aspek Makana dalam Semantik”.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas banyuan yang kami peroleh selama menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih tersebut kami tujukan kepada dosen pengampu yaitu Dr. Sulistiyo, M.Pd dan Mukhlis, S.Pd; M.Pd serta teman-teman semua.
Semoga makalh ini bermanfaat bagi mereka yang ingin menggunakan. Menurut kami, dalam makalah ini masih ada kesalahan serta kekeliruan yang disengaja dibuat. Untuk itu, kami berharap adanya koreksi, kritik dan saran.
Semarang, 22 Maret 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makna merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari semantik. Selain itu persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pakai yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman makan baik dari segi pengertian maupun aspek-aspeknya sehingga kita dapat mempelajari semantik secara utuh.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Apa pengertian makna ?
2. Apa saja aspek-aspek makna dalam semantik ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahu dan memahami pengertian makna.
2. Untuk mengetahui dan memahami aspek-aspek makna dalam semantik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Pengertian dari makna sendiri sangat membingungkan, ada yang mengatakan bahwa makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantic dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan.
Pengertian makna dari para ahli, diantaranya:
1. Mansoer pateda mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan dan selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
2. Ullman mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dan pengertian.
3. Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sbagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistic.
4. Bloomfield mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas “unsur” penting situasi dimana penutur mengujarkannya.
5. Aminnudin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti.
Dalam kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi:
1. Maksud pembicara.
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia.
3. Hubungan dalam arti kesepakatan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukanya.
4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik ada 4 (empat) hal yaitu:
1. Pengertian
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang diapakai atau disepakati bersama. Lyons mengatakan bahwa pengertian adalah system hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain diadalam kosa kata. Sedangkan Ulman mengatakan bahwa pengertian adalah informasi lambang yang disampaikan kepada pendengar.
Contoh:
a. Celana ini pendek.
b. Celana ini tidak panjang.
Kalimat (a) dan (b) memiliki satu pengertian, meskipun kata “pendek” diganti dengan ukuran kata “tidak panjang”.
2. Nilai Rasa
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
Contoh:
“Saya akan pergi” (menunjuk pada dorongan).v
“Engkau malas” (menunjuk pada penilaian).v
Kata-kata: Saya, pergi, malas; mempunyai nilai rasa.
3. Nada
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan pembicara. Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
Contoh:
“Pulang !” (kata ini menunjukan bahwa pembicara jengkel atau dalam suasana tidak ramah).v
“Pulang ?” (kata ini menunjukan bahwa pembicara menyindir).v
4. Maksud
Aspek maksud menurut Shipley merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan.
Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperative, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Contoh:
Orang berkata “Hai akan hujan”. Pembicara bermaksud:
a. Cepat-cepat pergi.
b. Bawa payung.
c. Tunda dulu keberangkatan.
Dan masih ada lagi kemungkinan yang tersirat.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat atau menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
2. Aspek-aspek makna dalam semantic meliputi: pengertian (sense), nilai rasa (feeling), nada (tone), maksud (intention).
B. SARAN
Dalam mempelajari semantik khususnya aspek makna yang rumit tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga ketelitian dan kekritisan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarata:Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta:Rineka Cipta.
Setyawan, Adi Susilo. 2009. Aspek Makna dalam Semantik dan Keterkaitanya dengan Jenis-jenis Makna. http//:www.google.com.
Kajian Makna Semantik
KAJIAN MAKNA
1. Kajian makna lazim
disebut “semantik” (Inggris: semantics).
2. Kata semantik berasal
dari bahasa Yunani semantikos artinya penting atau mengandung arti. Semantikos
berasal dari kata semainein yang berarti menunjukkan atau menjelaskan
tanda.
3. Tanda atau lambang ini
dimaksudkan sebagai tanda lingusitik (Perancis: signelinguistique).
4. Menurut Ferdinand de
Saussure (1916), tanda bahasa itu meliputi signifiant ‘penanda’ dan
signifie ‘petanda’.
Tanda Bahasa
Petanda, penanda, dan acuan
Defenisi Makna
1. Suatu sifat yang
intrinsik.
2. Hubungan dengan
benda-benda lain yang
3. unik, yang sukar
dianalisis.
4. Kata lain tentang
suatu kata yang terdapat di
5. dalam kamus.
6. Konotasi kata.
7. Suatu esensi. Suatu
aktivitas yang
8. diproyeksikan ke dalam
suatu objek.
a. Suatu peristiwa
yang dimaksud
b. Keinginan
Perkembangan Kajian Makna
1. Plato
(429-347 SM) yang juga guru Aristoteles menyatakan bahwa bunyi-bunyi bahasa
secara implisit mengandung makna-makna tertentu.
2. Aristoteles
(384-322 SM), seorang sarjana bangsaYunani, sudah menggunakan istilah makna,
sewaktu mendefinisikan kata. Dijelaskannya bahwa kata adalah satuan terkecil
yang mengandung makna.
3. Bloomfield
(1939) menyinggung masalah makna. Misalnya menyebut fonem sebagai unsur
bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna kata.
Semantik
1. Sebagai istilah, kata
semantik digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan
antara tanda-tanda atau lambang-lambang dengan hal-hal yang ditandainya,
yang disebut makna atau arti.
2. Istilah lain semantik:
semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, semik, dan signifik.
Namun,istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena
istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni
mencakup makna tanda pada umumnya.
Syarat Teori Semantik
1. Meramalkan makna
setiap kalimat yang muncul dan didasarkan pada satuan leksikal yang
membentuk kalimat tersebut;
2. Merupakan seperangkat
kaidah;
3. Membedakan kalimat
yang secara gramatikal benar dari yang secara semantis salah; dan
4. Meramalkan makna yang
berhubungan dengan struktur leksikal seperti sinonim,antonim, dan
homonim
Semantik Dalam Sistem Bahasa
Bahasa
Sistem, pragmatik, pemakaian
Lisan dan tilisan
Beberapa pendekatan psikologi terhadap makna:
Psikologi behaviotisme = makna merupakan bentuk
responsi dari stimulus yang diperolehpemeran dalam komunikasi sesuai dengan
asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki.
Psikologi kognitif = pemahaman terhadap
bentuk kebahasaan ditentukan oleh representasi semantis, kemampuan
mengolah proposisi, menata struktur sintaksis, dan memahami fitur
semantis.
Psikologi humanistik = makna ditentukan
oleh pengetahuan seseorang tentang referen yang diacu serta konteks
pemakaian, penyimpulan makna kataberbeda-beda sesuai dengan konteks pemakaian.
Semantik Dengan Sosioantropologi
Dalam menentukan fungsi dan komponen semantik, ada tiga
faktor yang terkait, yakni
1. Ideasional, isi pesan
yang ingin disampaikan,
2. Interpersonal, makna
yang hadir dalam peristiwa tuturan, dan
3. Tekstual, bentuk
kebahasaan serta konteks tuturan yang merepresentasikan makna tuturan
(halliday, 1978:111).
Semantik Dengan Sastra
Berbeda dengan bahasa keseharian, bahasa dalam sastra
Memiliki kekhasan karena merupakan salah satu
bentuk idiosyncratic, yakni tebaran kata yang digunakan
merupakan hasil olahan dan ekspresi individual pengarangnya
Strata makna dalam karya sastra mencakup:
1. unit makna literal
(tersurat),
2. dunia rekaan
pengarang,
3. dunia dari titik
pandang tertentu,
4. pesan yang bersifat
metafisis (ingarden dalam aminudin, 1984:63). 6/4/2010 25
Pendekatan Dalam Kajian Makna
Pendekatan berdasarkan tiga fungsi bahasa:
1. Pendekatan referensial
2. Pendekatan ideasional
3. Pendekatan behavioral
Pendekatan Referensial/Realisme
1. Bahasa berfungsi
sebagai wakil realitas.
2. Wakil realitas itu
menyertai proses berpikir manusia secara individual.
3. Berpusat pada
pengolahan makna suatu realitas secara benar.
4. Adanya kesadaran
pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan secara subjektif.
5. Makna merupakan
julukan atau label yang berada dalam kesadaran manusia untuk menunjuk dunia
luar.
6. Membedakan makna dasar
(denotatif) dari maknatambahan (konotatif).
Pendekatan Idesional
1. Bahasa berfungsi
sebagai media dalam mengolah pesan dan menerima informasi.
2. Makna muncul dalam
kegiatan komunikasi.
3. Makna merupakan
gambaran gagasan dari suatu bentuk bahasa yang arbriter, tetapi
konvensional sehingga dapat dimengerti.
4. Kegiatan berpikir
manusia adalah kegiatan berkomunikasi lewat bahasa.
5. Bahasa merupakan
pengemban makna untuk mengkomunikasikan gagasan.
6. Bahasa memiliki status
yang sentral. karena itu, apabila:
◦ salah berbahasa dalam berpikir, pesan tak tepat; dan
◦ bahasa dalam berpikir benar, kode salah, informasi akan
menyimpang.
Pendekatan Behavioral/Kontekstual
1. Bahasa berfungsi
sebagai fakta sosial yang mampu menciptakan berbagai
bentuk komunikasi
2. Makna merupakan
anggapan atas berbagai konteks situasi ujaran (speech act)
3. Kemunculan makna
bergantung pada konteks situasi dan sosiokultural.
4. Konteks sosiokultural
dan konteks situasional merupakan suatu sistem yang berada di luar
5. bahasa, tetapi
mewarnai keseluruhan sistem bahasa.
Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh.
Keutuhanmakna itu merupakan perpaduan dari empat aspek,
yakni
1. Pengertian (sense),
2. Perasaan (feeling),
3. Nada (tone), dan
4. Amanat ((intension).
Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian
dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi (Shipley, 1962;263).
Perasaan adalah aspek makna yang bersifat subyektif, yakni
sikap penyapa terhadap tema atau pokok pembicaraan. Misalnya, sedih,gembira,
dan marah.
Nada adalah aspek makna yang bersifat subyektif, yakni sikap
panyapa terhadap pesapanya.Pesapa yang berlainan akan mempengaruhi pilihan
kata (diksi) dan cara penyampaian amanat. Karena itu, relasi penyapa
dan pesapa melahirkan nada tertentu dalam komunikasi. Misalnya:
sinis, ironi, dan imperatif
Amanat adalah aspek makna yang berupa maksud dan tujuan
yang ingin dicapai olehpenyapa, berupa sampainya ide panyapa kepada pesapa
secara tepat. Amanat berkaitan dengan maksud penyapa serta penafsiran
dari pesapa. Jika amanat tidak diterima dengan tepat oleh pesapa,
maka akan timbul salah paham atau salah komunikasi. Karena itu,
amanat sebenarnya merupakan pesan penyapa yang telah diterima oleh pesapa.
Tanda memiliki hubungan yang langsung dengan kenyataan,
sedangkan lambang meimiliki hubungan yang tidak langsung dengan
kenyataan. Tanda dalam bentuk bunyi ujaran atau hurufhuruf huruf disebut
lambang. Lambang juga merupakan tanda, tetapi tidak secara langsung, melainkan
melalui sesuatu yang lain. Warna merah, misalnya, merupakan
lambang ‘keberanian’.
1. Tanda yang ditimbulkan
oleh alam;
2. Tanda yang ditimbulkan
oleh binatang;
3. Tanda yang ditimbulkan
oleh manusia, terbagi atas:
Acuan Atau Referen
Acuan atau referen adalah sesuatu yang ditunjuk atau
diacu, berupa benda dalam kenyataan, atau sesuatu yang dilambangkan dan
dimaknai. Acuan merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa.
Misalnya, benda yang disebut ‘rumah’ adalah referen dari kata rumah.
Makna merupakan hubungan antara lambang dan
acuannya. Batasan makna ini sama dengan istilah pikiran atau
referensi (Ogden & Pichards, 1923:11) atau konsep (Lyons,
1977:96).Hubungan antara makna dengan lambang dan acuan sama, yakni
bersifat langsung.
Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa
(leksem) sebagai lambang benda, peristiwa, obyek,dan lain-lain. Makna ini
dimiliki unsur bahasa lepasdari penggunaan atau konteksnya. makna leksikal
adalah gambaran nyata tentang suatu benda, hal, konsep, obyek dan lain-lain,
seperti yang dilambangkan oleh kata.
Makna langsung atau konseptual adalah makna kata atau leksem
yang didasarkan atas penunjukkan yang langsung (lugas) pada suatu hal atau
onyek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas bersifat obyektif, karena
langsung menunjuk obyeknya. Makna langsung disebut juga dengan beberapa
istilah seperti makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, makna
ideasional,makna konseptual, makna logikal, makna proposional, dan makna
pusat.
Makna luas atau makna umum ialah makna yang lebih luas atau
lebih umum dari makna pusatnya; makna yang terkandung dalam sebuah leksem lebih
luas dari yang kita perkirakan
Makna sempit atau makna khusus adalah makna ujran yang lebih
sempit atau khusus dari pada makna pusatnya. Misalnya, kata ahlibermakna
‘orang yang mahir atau pandai dalam segala ilmu pengetahuan’, tetapi makna ahli
dalam kalimat: Prof. Dr. H. Yus Rusyana adalah ahli sastra
Makna kiasan atau asosiatif adalah makna kata atau leksem
yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul padapenyapa dan
pesapa. Makna ini muncul sebagai akibat asosiasi perasaan
pemakai bahasa terhadap leksem yang dilafalkan atau didengarnya
Makna konotatif adalah makna yang tidak langsung
menunjukkan hal, benda, atau obyek yang diacunya, biasanya mengandung perasaan,
kenangan, dan tafsiran terhadap obyek lain. Makna konotatif merupakan pemakaian
makna yang tidak sebenarnya.
Makna Afektif
Makna afektif adalah makna yang timbul
sebagai akibat reaksi pesapa terhadap penggunaan bahasa dalam dimensi
rasa. Makna ini berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah
pesapa mendengar atau membaca sesuatu kata sehingga menunjukkan adanya
nilai emosional karena itu, makna afektif disebut juga makna emotif.
Makna Piktorial
Makna piktorial atau makna tak pantas
muncul sebagai akibat bayangan pesapa terhadap kata yang didengar
atau dibacanya. Kata-kata yang kurang pantas biasanya dianggap
tabu, kurang sopan, atau menjijikan sehingga penyapa sering dicela sebagai
orang yang kurang sopan.
Makna Gereplektif
Makna gereplektif atau makna pantangan
adalah makna yang muncul akibat reaksi pemakai bahasa terhadap makna lain.
Makna ini terdapat pada kata-kata yang berhubungan dengan kepercayaan
masayarakat kepada hal-hal yang bersifat kepercayaan (magis).
Makna Kolokatif
Kolokasi adalah seluruh kemungkinan
adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Misalnya, garam,
gula, lada, bumbu, cabe berkolokasi dengan bumbu masak. Kolokasi merupakan
sosialisasi yangtetap antara kata dengan kata-kata tertentu yang lain.
Idiom atau ungkapan adalah konstruksi unsur bahasa yang
saling memilih, masing-masing unsurnya mempunyai makna yang ada karena bersama
yang lain. Idiom merupakan kosntruksi bahasa yang maknanya tidak sama
dengan gabungan makna unsur-unsurnya.
Makna gramatikal adalah makna struktural yang muncul sebagai
akibat hubungan antara unsur-unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang
lebih besar. Misalnya, hubungan morfem dan morfem dalam kata, kata
dan kata lain dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam klausa atau
kalimat
Makna Tematis
Makna tematis adalah makna yang muncul
sebagai akibat penyapa memberi penekanan atau fokus pembicaraan pada
salah satu bagian kalimat.
Bahasa itu relatif berubah. Perubahan bahasa berupa
penggantian ciri-ciri bahasa dari satutahap ke tahap lain. Perubahan bahasa
dapat terjadi dalam dua lapisan, baik lapisan bentuk maupun lapisan
makna. Perubahan bentuk bahasa akan mengakibatkan perubahan maknanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar